Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki
keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya
kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di
Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta,
rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula
sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti
begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat.
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural
maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku
bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri kahas kebudayaan yang berbeda- beda.
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah
satu suku bangsa di Indonesia,
suku Sunda memiliki kharakteristik yang membedakannya dengan suku lain.
Keunikan kharakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka
miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.
Suku Sunda dengan sekelumit kebudayaannya merupakan salah satu hal yang
menarik untuk dipelajari dalam bidang kajian mata kuliah Pluralitas dan
Integritas Nasional yang pada akhirnya akan menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi
kita.
Suku Sunda adalah kelompok etnis
yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung
barat pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup wilayah administrasi propinsi
Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Jawa Barat
merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Letaknya yang
berdekatan dengan ibu kota negara maka hampir seluruh suku bangsa yang ada di
Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda
yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang
banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat, Suku Betawi banyak mendiami
daerah bagian barat yang bersempadan dengan Jakarta. Suku Minang dan Suku Batak
banyak mendiami Kota-kota besar di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor,
Bekasi, dan Depok. Sementara itu Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di
seluruh daerah Jawa Barat.
A.
KEBUDAYAAN
SUKU SUNDA
Kebudayaan
Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa
Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan- kebudayaan
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
1. SISTEM
KEPERCAYAAN
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha.Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta.
Keseimbangan masih dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.
2. MATA
PENCAHARIAN
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.
3. KESENIAN
KIRAB HELARAN
Kirap
helaran atau sisingaan adalah suatu
jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan
arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara
khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian,
kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar
lainnya. Seperti yang diikuti ratusan
orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang
pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak
dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd.
Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang
menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak,
calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
KARYA SASTRA
Di bawah ini disajikan daftar
karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari daerah kebudayaan Sunda.
Daftar ini tidak lengkap, apabila para pembaca mengenal karya sastra lainnya
dalam bahasa Jawa namun berasal dari daerah Sunda,
·
Babad
Cerbon
·
Cariosan
Prabu Siliwangi
·
Carita
Ratu Galuh
·
Carita
Purwaka Caruban Nagari
·
Carita
Waruga Guru
·
Kitab
Waruga Jagat
·
Layang
Syekh Gawaran
·
Pustaka
Raja Purwa
·
Sajarah
Banten
·
Suluk
Wuyung Aya
·
Wahosan
Tumpawarang
·
Wawacan
Angling Darma
·
Kitab
Pramayoga/jipta Sara
PENCAK SILAT
CIKALONG
Pencak silat
Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya
"Maempo Cikalong". Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara
pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik
perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan
kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran,
pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
SENI TARI
a.
TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda (Priangan) dikenal
memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah
satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari
Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan
modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong
ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan
kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go'ong, Saron,
Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam
musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya
yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama
mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau
berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan
pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
b.
TARI MERAK
c.
TARI TOPENG
SENI MUSIK DAN SUARA
Selain seni tari, tanah Sunda
juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang
membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini
biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak
sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit
untuk ditiru dan dipelajari.
Dibawah ini salah salah satu
musik/lagu daerah Sunda :
· Bubuy Bulan
· Es Lilin
· Manuk Dadali
· Tokecang
· Warung Pojok
WAYANG GOLEK
Jepang boleh terkenal dengan
'Boneka Jepangnya', maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang
Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang
terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara
yang disebut Dalang.
Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia.
Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung
lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara
hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik,
yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 -
21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan
antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya
banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang
Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah
India.Dalam Wayang Golek, ada 'tokoh' yang sangat dinantikan
pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan,
seperti Dawala dan Cepot.
Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan
peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang
Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat
menarik.
ALAT MUSIK
Calung adalah alat musik Sunda
yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan
dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang
(wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi
temen (bambu yang berwarna putih).
·
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian
yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar
tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian local atau tradisional
KETUK TILU
Ketuk Tilu adalah suatu tarian
pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta
perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di
suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada
kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai
pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak
disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
SENI BANGRENG
Seni Bangreng adalah
pengembangan dari seni "Terbang" dan "Ronggeng". Seni
terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan "Terbang",
yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh
lima pemain dan dua orang penabu gendang besar dan kecil.
RENGKONG
Rengkong adalah salah satu
kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul
sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan
dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari
tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya
KUDA RENGGONG
Kuda Renggong atau Kuda Depok
ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang,
Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di
hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak
sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru
pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
KECAPI SULING
Kacapi Suling adalah salah satu
jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi),
iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang
memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang
pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat
dan seluruh dunia.
SENJATA TRADISIONAL
KUJANG
Suku sunda mempunyai senjata
tradisional yaitu kujang. Kujang adalah sejenis parang khas milik masyarakat
suku Sunda pada masa lampau. Saat ini sudah jarang yang memiliki Kujang, karena
sudah tergantikan oleh Bedok (Parang Kebun) yang lebih praktis. Kujang memiliki
bentuk yang tidak kalah unik dibanding Keris dan Rencong. Bagi masyarakat Jawa
Barat yang kebanyakan berprofesi sebagai petani, maka sepertinya lebih efisien
membawa Bedok. Nasib Kujang sendiri pun saat ini hanyalah sebagai barang
pajangan atau disimpan sebagai benda koleksi saja.
RUMAH ADAT SUNDA
Rumah
adat Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 m – 0,8 m atau 1
meter di atas permukaan tanah. Untuk rumah-rumah yang usianya sudah tua ,
tinggi kolong bisa mencapai 1,8 M. Kolong rumah biasanya di gunakan untuk
mengikat binatang peliharaan, atau untuk menyimpan alat alat pertanian.
Ketinggian rumah yang lumayan tinggi maka untuk bisa masuk ke dalam rumah di
buatlah tangga yang di sebut golodog. Gologod terbuat dari kayu atau bambu,
golodog juga berpungsi untuk membersihkan kaki sebelum masuk ke dalam rumah.
4. SISTEM
KEKERABATAN
Sistem keluarga dalam suku Sunda
bersifat parental, garis keturunan ditarik
dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang
bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan
agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi
kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda
dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk
menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang
berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut
(piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur
atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek,
anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan
seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah
(salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah
dan silsilah dalam bahasa Indonesia.
Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.
5. BAHASA
Bahasa yang digunakan oleh suku
ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang
diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai
alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa
Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai
identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada
di Indonesia.
6. ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Masalah pendidikan dan teknologi
di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat
dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas
dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak
warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa
Barat, yakni "Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di
Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010" merupakan
kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama
seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya.
Pembangunan pendidikan merupakan
salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya
pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan
dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan
adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan,
maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi
setempat. Dalam konteks ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda
memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara
sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah
diakui memiliki makna mendalam adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur
singer. Dalam kaitan ini, filosofi tersebut harus dijadikan pedoman dalam
mengimplementasikan setiap rencana pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur
mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik,
sopan santun, ramah, bertata krama. Bener yaitu jujur, amanah, penyayang
dan takwa. Pinter, memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya
kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya mewujudkan pembangunan pendidikan
berfalsafahkan cageur, bageur, bener, pinter, tur singer tersebut,
ditempuh pendekatan social cultural heritage approach. Melalui
pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam menyukseskan
program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah
7. ADAT
ISTIADAT
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon
mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang
berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
- Nendeun
Omong, yaitu
pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting
seorang gadis.
- Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon
pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut
sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang,
seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak
mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng,
melambangkan kemantapan dan keabadian.
- Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur
tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si
gadis.
- Seserahan
(3 - 7 hari sebelum
pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah
tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
- Ngeuyeuk
seureuh (opsional,
Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat
sebelum akad nikah.)
- Dipimpin
pengeuyeuk.
- Pengeuyek
mewejang kedua
calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua
serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang
disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
- Diiringi
lagu kidung oleh
pangeuyeuk
- Disawer
beras, agar
hidup sejahtera.
- dikeprak
dengan sapu lidi disertai
nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
- Membuka
kain putih penutup pengeuyeuk.
Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
- Membelah
mayang jambe dan buah
pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya
saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
- Menumbukkan
alu ke dalam lumpang
sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
- Membuat
lungkun. Dua
lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu
memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para
tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila
berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
- Berebut
uang di bawah tikar
sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang
keluarga.
- Upacara
Prosesi Pernikahan
- Penjemputan
calon pengantin pria,
oleh utusan dari pihak wanita
- Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita
menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria,
kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk
menuju pelaminan.
- Akad
nikah, petugas
KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang
tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah
kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti
penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua
mempelai akan menandatangani surat
nikah.
- Sungkeman,
- Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau
keluarganya.
- Saweran, kedua pengantin didudukkan di
kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah
utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar
diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
- Meuleum
harupat,
pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram
pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin
pria.
- Nincak
endog,
pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas
kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan
tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah
kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.